Jumat, 21 Februari 2020

MENGAPA KUTUB - KUTUB BUMI PERLAHAN MENCAIR

Kita sederhanakan dulu jalan ceritanya
biar gampang mempersepinya. Seperti ini ....
Bayangkan kita punya segelas air panas, agar bisa diminum, maka hendaknya air tadi kita dinginkan dahulu. Caranya dengan memasukan potongan es kedalamnya. Semakin panas air digelas, maka dibutuhkan jumlah potongan es yang lebih banyak, agar suhu air di gelas menjadi sama dengan suhu kamar, dan bisa diminum.
Bumi, juga berperilaku seperti itu. Suhu air di samudera harus tetap stabil, yaitu untuk menjaga sang kehidupan itu sendiri. Saat samudera memanas, maka akan diambil potongan potongan es raksasa dari kutub utara dan selatan. Sehingga suhu kembali “normal”. Siklus ini sudah terjadi sejak milyaran tahun yg lalu.
Untuk me re-fill cadangan es di kutub-kutub, maka bumi membuat siklusnya sendiri. Yaitu periode musim es global ( glacial ) dan periode kering ( intra glacial ) seperti yang sedang kita alami sekarang ini, yang umumnya berdurasi 10 ribu tahun. Kemudian di seling dengan periode glasial, untuk mengisi cadangan es pendingin samudera di kutub kutub.
Puncak jaman es terakhir terjadi 20 ribu tahun yang lalu, dan memusnahkan mahluk hominid Neanderthal ( homo sapiens ) . Sedang Jaman es yang meleleh terakhir terjadi 10 ribu tahun yang lalu. Artinya seharusnya sekarang ini kita harus memasuki jaman es baru. Namun faktanya, tanda tanda datangnya jaman es baru, sama sekali belum nampak.
Bumi semakin memanas, karena radiator suhu di kutub, jumlah es nya sudah jauh menurun. Terjadi limpahan air tawar ke samudera, membuat permukaan air laut naik, dan merubah arus arus laut, sehingga cuaca dan iklim menjadi ekstrim dan sulit diprediksi. Naiknya suhu air laut, akan menaikan tingkat penguapan dan volume awan, serta akan menjadi cikal bakal hujan badai hebat.
Kenaikan suhu bumi /3.bp.blogspot.com

Semua ini diakibatkan karena adanya efek rumah kaca, yaitu pembuangan gas co2 ke atmosfir. Yang membuat suhu atmosfir udara meningkat. Kutub fungsinya juga menurunkan suhu udara ini, dengan mendinginkan udara yang melaluinya. Gas buangan hasil industri, yang menumpuk di atmosfir, meng “cancel” periode glacial yang seharusnya sekarang ini seharusnya mulai terjadi.
Pembuangan 1000 gigaton CO2 ke udara, akan membuat jaman es tertunda selama 125 ribu tahun, sedang jika 5000 gigaton, penundaan selama 500 ribu tahun. Padahal normal alamiahnya hanya 10 ribu tahun saja.
Pada saat itu bumi akan sudah terlalu panas ( over heat ), karena radiatornya di rusak oleh ulah manusia, yang notabene anak-anaknya sendiri yang gemar membakar fosil ...
Bumi,
dalam hal ini , dalam totalitasnya harus dilihat sebagai “organisme” hidup, sesuai dengan hasil penelitian dari project gaia, yang menyangkut para ahli dibidangnya seperi James Lovelock, Lyn Margulis, dkk. Yang hasilnya ditulis oleh Carolyn Merchant dalam buku The Death of The Nature.
Film dokumenter dari Al Gore, The uncovinient truth, juga bagus utk referensi.
Untuk membantu me –refill cadangan es di kutub utara dan selatan. Kadang bumi mendapat bantuan dari sang matahari.
Caranya ? ....
Matahari tiba tiba saja berkurang intensitas sunspots nya. Bintik matahari yang bersiklus 11 tahunan itu, dengan tak diketahui penyebabnya, berkurang dalam jumlah dan intensitas. Sehingga bumi mendingin.
Sebagaimana kita ketahui, sunspots atau bintik matahari sesungguhnya adalah semburan jet yang menghasilkan solar-fleres, dan mengirimkan partikel2 bermuatan energi tinggi dengan kecepatan 1000 km / detik. Dalam tempo 2 hari gelombang sunspots ini akan mengenai sang bumi. Partikel-partikel bermuatan ini, akan ditarik ke kedua kutub bumi. Di utara menghasilkan aurora borealis, di kutub selatan mengibarkan aurora australis yang menakjubkan dipandang mata.
Namun fungsi sunspots pada bumi, sesungguhnya seperti air dan wiper pada kaca mobil. Gelombang tekanan ledakan solar flares, akan mengenai atmosfir bumi. Seraya membersihkan atmosfir dan tumpukan sampah debu-debu kosmik. Sehingga sinar matahari lebih lancar, bebas tanpa hambatan saat memasuki bumi. Bak kaca depan mobil yg bening sehabis di bersihkan wiper.
Berkurangnya sun-spots, akan mengakibatkan semprotan pembersih ini berkurang. Akibatnya atmosfir bumi menjadi “kental” oleh debu kosmik. Sinar matahari akan terhalang dan perlahan bumi menjadi dingin. Sehingga tercipta The Litle ice Age, dimana bumi seolah memasuki jaman es, dan tumpukan es di kutub2 bumi bertambah tebal.
Fase ini dinamakan the Maunder minimum, seperti yang terjadi pada tahun 1645 – 1715. Selama 70 th bumi memasuki jaman the litle ice age, dimana matahari mengurangi jumlah sunspots nya secara drastis. Seraya membiarkan atmosfir bumi dipenuhi oleh debu kosmik, dan mengurangi intensitas cahaya matahari yang memasukinya. Temperatur bumi menurun, musim es yang berkepanjangan, dan kutub-kutub semakin kaya dengan tumpukan gletser tebal.
Persoalannya ...
Saat ini ketika kondisi bumi sudah sedemikian parah dihajar oleh iklim pemanasan global, apakah sang matahari kembali akan membantu ?, ikut meringankan beban sang pertiwi yang terus menerus di kompori oleh anak-anaknya sendiri ?
Tanda-tanda ini memang sudah terlihat, sejak akhir abad 20 kemarin. Sunspots atau keberadaan bintik matahari berkurang dan intensitasnya menurun terus. Berdasarkan pola interpolasi, sejak th 2016 kemaren seharusnya kita akan melihat adanya gejala pendinginan bumi karena wiper alamiah kurang difungsikan. Sebuah tanda awal layaknya the Maunder minimun yang pernah terjadi ratusan tahun kebelakang. NASA badan auronotika USA, bahkan memprediksi titik minimum sunspots akan ada pada tahun 2020 sampai 2025 mendatang.
Namun ...
Fakta menunjukan, bahwa cadangan es di kutub kutub kita terus berkurang dengan drastis setiap tahunnya. Puncak puncak gunung bersalju yang secara alamiah senantiasa ditutup oleh cap es, kini ukuran penutup es ini berkurang. Puncak-puncak gunung tinggi, terlihat semakin telanjang dengan bebatuan yang tak lagi ditutupi oleh sutra putih salju salju abadi.
Saat alam semesta sudah mengirimkan peringatan. Saat sang bumi dan matahari sudah mencoba bekerja sama, namun jaman es yang bersiklus 10 ribu tahunan tak nampak didepan mata.
Semua karena ulah manusia juga, yang haus dan serakah dengan kesenangan hidup, seraya mengkonsumsi energi berlebih, dengan membakar bahan fosil. Serta membuang sisanya ke udara dalam bentuk gas CO2. Sang produsen gas buangan terbesar di muka bumi ini sang paman Sam, bahkan terang-terangan menolak protokol Kyoto. Yang hendak membatasi gaya maen buang sampah gas berbahaya ini secara sembarangan.
Lalu alangkah ngerinya
Saat manusia semakin cerdas pandai
Hebat dengan segala kemampuan akal logikanya
Namun minim dengan akal budi dan nuraninya
Karena ujungnya adalah tindakan fatalistik
Yang membahayakan eksistensi seluruh
Ummat manusia itu sendiri ...


"Salam lestari untuk anda dan keluarga anda dirumah"

Tidak ada komentar :

Posting Komentar