Akhir-akhir
ini kekhawatiran kita semakin bertambah terhadap kelangsungan hidup umat
manusiai di planet bumi ini, seperti yang diberitakan oleh CNN Indonesia pada
hari senin tanggal 17/02/2020 bahwa suhu di antartika mencapai 20,7oC
ini kali pertama suhu antartika melampaui 20oC. Fenomena ini
menandakan bahwa kutub-kutub bumi mulai kehilangan kemampuannya untuk
mendinginkan planet ini karena kenaikan suhu di atmosfir bumi sudah melebihi
ambang kewajaran. Agar lebih jelas mengenai
fungsi es di kutub bumi coba baca disini
Emisi industri / cbinstrument.com |
Kenaikan suhu
bumi ini disebabkan karena menumpuknya gas-gas rumah kaca yang ada di atmosfir
bumi. Gas tersebut banyak dihasilkan oleh proses pembakaran bahan bakar fosil,
kegiatan explorasi, kegiatan rumah tangga atau memang secara alami terbentuk
oleh alam. Berikut ini adalah gas-gas penyusun gas rumah kaca : uap air, CO2, CH4, N2O, HFCs, PFCs, SF6, NF3, SF5CF3,
C4F9OC2H5, CHF2OCF2OC2F4OCHF2, CHF2OCF2OCHF2, dimana sifat dari gas
tersebut bagaikan mantel yang menjebak panas matahari sehingga panas tersebut
enggan lepas ke luar angkasa dan terperangkap di atmosfir bumi, jika volume gas
terus bertambah maka sang mantel akan terus menebal akibatnya makin banyak
panas yang terperangkap dan makin panaslah bumi ini….! NB: bagi generasi 70-80-90an pasti merasakan nih dahsyatnya perubahan
suhu lingkungan.
Dunia
industri merupakan penyumbang gas rumah kaca loh, oleh karena itu alangkah
baiknya kalau setiap perusahaan mempunyai program penghijauan/reboisasi/ Tanam pohon
atau apalah istilahnya..sebagai kompensasi CO2 yang telah
dihasilkan oleh perusahan. Tentunya kita semua sudah tau kalau tumbuhan
membutuhkan CO2 untuk mendukung proses fotosintesinya dan hasil dari
fotosintesis itu adalah O2 dan energy. Nah sebelum kita
mengajukan program tanam pohon ke management agar lebih meyakinkan kita perlu
menyajikan data kira-kira berapakah CO2 yang dihasilkan perusahaan tiap
bulan/tahunnya. Pastinya management anda akan kaget dengan jumlah CO2 yang
dihasilkan perusahaanya, namun selanjutnya anda pasti dikasih project untuk
ngurangi CO2 perusahaan karena bagi management “Reduce CO2 = Reduce Energy =
Reduce Cost” …..!
OK,..
kita lanjut ke cara menghitung GRK (Gas Rumah Kaca) yang dihasilkan oleh
industri, pedoman untuk menghitung GRK sebenarnya sudah ada dan diterbitkan
oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2012 yang berjudul “PEDOMAN
PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL “ metode perhitungan yang di sajikan oleh
penulis juga bersumber dari buku tersebut. Data yang diperlukan untuk
menghitung GRK adalah konsumsi listrik, konsumsi BBM, Konsumsi BBG dan konsumsi
bahan bakar lainnya (untuk bahasan kali ini hanya memerlukan data konsumsi
listri pabrik, konsumsi solar industri, konsumsi solar untuk transportasi dan
konsumsi bahan bakar gas).
Menurut buku
pedoman tersebut ada beberapa metode untuk menghitung GRK yaitu terdiri dari :
- Tier 1: estimasi berdasarkan data aktifitas dan faktor emisi default IPCC.
- Tier 2: estimasi berdasarkan data aktifitas yang lebih akurat dan faktor emisi default IPCC atau faktor emisi spesifik suatu negara atau suatu pabrik (country specific/plant specific).
- Tier 3: estimasi berdasarkan metoda spesifik suatu negara dengan data aktifitas yang lebih akurat (pengukuran langsung) dan faktor emisi spesifik suatu negara atau suatu pabrik (country specific/plant specific).
Penjelasan
sederhana begini : Metode TIER 1 adalah metode yang paling sederhana tingal
ngikuti faktor emisi yang sudah ada di buku tersebut, Metode TIER 2 agak lebih
rumit karena TIER 2 membutuhkan data-data faktor emisi dari hasil penelitian
masing-masing Negara, Metode TIER 3 paling sulit selain membutuhkan data
seperti TIER 2 diperlukan juga faktor teknologi. Kalo penulis sih pakai TIER 1
saja, selain mudah, di Indonesia mah sulit cari data-data tentang faktor emisi
yang murni hasil penelitian ibu pertiwi.
Menghitung
GRK dengan TIER 1 rumusnya adalah GRK =
Data Aktivitas X Faktor emisi
Heeem…kalo di
pikir-pikir menjelaskan tata cara perhitungan GRK akan panjang dan lebar,
mending anda baca deh bukunya, silahkan googling aja…lalu dibaca dan
dipahami…kalo males baca dan pengen cara praktis saya sediakan excelnya silahkan
di download disini, anda hanya perlu memasukan konsumsi Listrik, BBM, BBG
langsung keluar deh GRK yang di hasilkan oleh perusahaan anda, kalau anda ingin
menghitung bahan bakar fosil lainnya silahkan anda edit sendiri yach dengan
catatan tetap bersumber pada buku tadi.
Tahun 2018 ESDM juga menerbitkan buku "Pedoman Penghitungan dan Pelaporan Invetarisasi Gas Rumah Kaca Bidang Energi-Sub Bidang Ketenaga Listrikan" konsultan kadang kala menggabungkan 2 metode untuk menghitung GRK. Biasanya perhitungan GRK Emisi langsung dari pembakaran tidak bergerak, berpedoman pada buku ini, lalu perhitungan GRK emisi lainnya berpedoman pada buku yang diterbitkan KLHK. langsung saja ya daripada panjang lebar... file excelnya yang gabungan versi ESDM dan KLHK bisa di download disini.
Pemilihan metode perhitungan GRK boleh mengacu pada sumber apapun baik nasional ataupun international. Biasanya konsultant akan memilih metode perhitungan paling sesuai dengan kondisi perusahaan dan ketersediaan data GRK. Owh iya hampir lupa di akhir laporan inventarisasi GRK seluruh emisi yang di hasilkan oleh industri di sajikan dalam satuan CO2e (CO2 equivalen).
Kegiatan tanam pohon / apahabar.com |
Nah kalau
jumlah GRKnya sudah diketahui anda
tinggal menghitung berapa pohon yang perlu anda tanam sebagai kompensasi dari
GRK yang di hasilkan oleh perusahaan (data konsumsi CO2 untuk pohon
tertentu,. juga saya sertakan di excel tersebut). Untuk mengurangi GRK
gimana dong…? jawabannya ya hemat energy lah….Oh iya pedoman untuk menghemat
energy juga sudah ada kok yaitu di Peraturan menteri energi dan sumberdaya
mineral No 14 tahun 2012.
Semoga
artikel ini bermanfaat dan dapat membantu para pembaca sekalian.
“Salam
Lestari Untuk Anda dan Keluarga Anda di Rumah”
Tidak ada komentar :
Posting Komentar