Rabu, 21 Oktober 2015

INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA IV (LANJUTAN)

Heem...gak kerasa ini adalah thread terakhir pembahasan investigasi kecelakaan yang sebelumnya selalu bersambung...Pada artikel sebelumnya kita sudah membahas tentang data-data yang diperlukan dalam proses investigasi yaitu 4P : People, Part, Position dan Paper. Artikel sebelumnya juga sudah membahas tentang People kali ini kita lanjutkan membahas tetang Parts, Position dan Paper.

PART’S
Investigasi bagai menyusun puzzle/washingtoncountywisdems.org
Merupakan bukti fisik yang dapat kita temukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP), di mana bagian fisik tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan kerja atau paling tidak member kontribusi dalam kejadian tersebut. Bukti fisik dapat berupa: APD yang dipakai korban, perlatan yang rusak, computer yang rusak, sample bahan kimia dan benda apapun yang dapat ditemukan di TKP serta dicurigai memberikan kontribusi terhadap suatu kejadian kecelakaan. Bukti-bukti tersebut dapat kita analisa, di uji dan kita kaitkan dengan kejadian, misalkan: kemungkinan computer terserang virus, alat ukur yang tidak dikalibrasi, adanya bahan kimia asing yang tercampur atau spec bahan yang tidak sesuai dengan standard.
Banyak metode pengujian yang dapat kita lakukan untuk menganalisa bukti fisik, nah dalam pengujian inilah keterangan dari saksi ahli (petugas lab, engineer, dokter, dll) sangat dibutuhkan, adapun metode pengujian yang biasanya dilakukan adalah : uji macro/micro struktur, NDT, chemical analysis, mechanical test dan test-test yang lainnya. Contoh aplikasi pengujian pada salah satu kasus kecelakaan kerja adalah : diperlukannya pengujian micro struktur dan mechanical test dari plat baja yang digunakan pada kasus tangki yang meledak untuk membuktikan plat baja tersebut sudah sesuai dengan persyaratan standard tangki.

POSITION
Posisi peralatan yang ditemukan setelah kejadian atau di TKP mungkin dapat menunjukkan lokasi seseorang sebelum kejadian. Jejak juga merupakan petunjuk yang berkaitan dengan posisi misalkan jejak pengereman atau tercium bau-bauan bahan kimia di TKP, sisi peralatan yang rusak juga dapat menunjukkan darimana datangnya benturan. Bahkan posisi terakhir kursor komputer juga dapat menunjukkan tindakan terakhir yang dilakukan seseorang terhadap suatu peralatan yang dikendalikan oleh komputer itu. Untuk mempermudah proses investigasi berilah keterangan posisi pada setiap barang bukti misalkan : “ditemukan diatas …,” “sisi yang mengalami kerusakan…” “seberapa jauh peralatan terlempar…?”  “dimana ditemukan ceceran minyak..?” “dimana lokasi APD ditemukan…?” dan lainnya.

PAPER
Dokument dapat menjadi bukti yang valid dan menjadi petunjuk dilaksanakannya atau tidak dilaksanakan suatu system yang mengatur suatu pekerjaan. Sebagai contoh : apabila terjadi suatu kecelakaan kerja fatal yang mana perusahaan tersebut tidak bisa menunjukkan bukti komitment perusahaan terhadap pelaksanaan K3, maka dapat disimpulkan bahwa top management lalai atau bahkan tidak peduli terhadap karyawannya. Banyak sekali contoh-contoh dokument yang dapat di periksa saat proses investigasi kecelakaan kerja misalkan : Working permit dan LOTO biasanya diperiksa apabila terjadi kecelakaan kerja yang berkaitan dengan pekerjan berbahaya,  Form pembelian dapat diperiksa apabila dicurigai kecelakaan terjadi karena terlambat mengganti spare part,  Uji Kir diperiksa apabila kecelakaan di akibatkan oleh kendaraan yang tidak layak pakai, Laporan riksa uji mesin, SIO dan banyak dokument-dokument lainnya.

MENYUSUN DAN MENGALISA BUKTI
Menata Berkas / smead.com
Sebelum bukti-bukti kita analisa alangkah baiknya berkas - berkas tersebut kita susun dan dicek kembali, pastikan data yang kita butuhkan sudah lengkap dan mudah ditemukan apabila kita butuhkan. Berilah judul pada data yang telah kita kumpulkan seperti video, foto, rekaman, sketsa atau data lainnya. Periksa kembali list saksi dan compare dengan keterangan saksi pastikan semua saksi sudah kita interview. Apabila semua data sudah “OK” maka kita lanjutkan ke proses analisa data untuk mencari keterkaitan data dengan kecelakaan tersebut.
Banyak tool yang dapat digunakan dalam mengalisa data dan mencari akar permasalahan, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling complex. Akan tetapi agar tidak terlalu menjelaskan panjang lebar kali ini kita cukup membahas 5 why saja…!!!, 5 why pada prinsipnya menanyakan kenapa bisa terjadi penyebab pertama (sebab 2)….Kenapa bisa terjadi penyebab 2 ( sebab 3)…Kenapa bisa terjadi penyebab 3…begitulah seterusnya sampai 5 kali, Apakah harus 5 kali…? Jawabannya Tidak…! 5 Why dapat dihentikan apabila kegagalan fungsi management sudah ditemukan dan apabila jawaban yang dihasilkan tidak memberikan kontribusi dalam proses investigasi. Contoh 5 Why :
Terjadi Kecelakaan forklift
Why…? : Karena operator forklift berkendara terlalu cepat
Why…? : Tidak pernah mengikuti training
Why…? : Aturan training tidak memadai
Why...?  : Tidak memilik/ Tidak melaksanakan prosedur training

TINDAKAN PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN
Kalau root/basic cause dari suatu kecelakaan sudah ditemukan maka akan lebih mudah untuk menentukan tindakan pengendalian dan pencegahannya agar kecelakaan serupa tidak terulang kembali dimasa yang akan datang, adapun jenis pengendalian bahaya yang dapat kita lakukan yaitu : Eleminasi, Substitusi, Engineering control, Administrasi dan PPE…INGAT harus urut loh ya jangan langsung pilih PPE. Dalam proses corrective action dan preventive action haruslah ada Penanggung Jawab, Batas waktu penyelesaian, Target, Monitoring (bisa melalui meeting P2K3 bulanan), dan jangan lupa Evaluasi.

Dalam pelaksanaan investigasi, tim investigasi haruslah waspada terhadap : Masukan atau pengaruh yang dilancarkan seseorang di awal proses investigasi dengan tujuan menggiring Opini tim agar menghasilkan kesimpulan sesuai dengan opini dirinya, proses loby-loby baik ke tim investigasi atau langsung ke management (biasanya dilakukan oleh orang-orang kepercayaan management), Ancaman/ intimidasi dan Laporan palsu dari saksi-saksi, Atau tindakan-tindakan lainnya yang dapat mempengaruhi hasil investigasi. Prinsip seorang investigator “ TIM INVESTIGASI ADALAH NETRAL”

"Salam Safety Untuk Anda dan Keluarga Anda Dirumah"

Jumat, 16 Oktober 2015

CONTOH LAPORAN AHLI K3 KIMIA (AK3 KIMIA)

Menjalani profesi sebagai Ahli K3 baik ahli K3 spesialis ataupun Ahli K3 umum memerlukan mental yang sangat kuat. kita harus mampu merubah perilaku manusia (pesikologi), kita harus mengetahui ilmu engineering, perlu juga tahu ilmu tentang kesehatan dan banyak lagi disiplin ilmu yang harus kita ketahui. Dalam pekerjaan sehari-hari sering mendapat pertanyaan "Kamu kerjanya apaan sih kok cuma jalan-jalan + negor orang...?". kita kadang bingung mau menjawab apa...?. Kerja Ahli K3 adalah membuat sistem dan menerapkan system, pekerjaan ini tidak lah mudah. Seorang Ahli K3 harus mampu memberikan arahan agar semua orang selamat dalam melakukan pekerjaannya.


Kedudukan ahli K3 di dalam bidang K3 di ibaratkan sebagai GPS dan karyawan lainnya di ibaratkan sopir, GPS haruslah mampu memberikan arahan-arahan yang benar agar si Sopir tidak tersesat atau bahkan celaka. GPS harus dapat menerima dan memberikan informasi kepada satelit pemantau agar perjalanan si Sopir tetap dalam track yang telah di tentukan. Satelit ini di ibaratkan sebagai pemerintah seorang Ahli K3 mau tidak mau harus selalu update terkait informasi-informasi K3 dari pemerintah dan juga wajib memberikan informasi-informasi K3 kepada pemerintah dalam bentuk laporan sebagaimana diwajibkan dalam peraturan perundangan.

Nah untuk memberikan laporan tersebut kadang kita bingung mengenai formatnya kita cari-cari di internet tidak ada, kita tanyakan kepada DISNAKER setempat juga kebingungan, akhirnya masing-masing perusahaan mempunyai versi  laporan yang berbeda-beda. Nah untuk menghindari kebingungan tersebut kali ini saya mencoba untuk sharing contoh format laporan Ahli K3 Kimia (AK3 Kimia) yang mana laporan ini akan dibutuhkan saat proses perpanjangan surat penunjukan Ahli K3 Kimia yang anda miliki.

Contoh Format laporan AK3 Kimia
Contoh format laporan AK3 Kimia halaman 1 / kerja-safety.blogspot.com

Contoh Format laporan AK3 Kimia
Contoh format laporan AK3 Kimia halaman 2 / kerja-safety.blogspot.com

Contoh Format laporan AK3 Kimia
Contoh format laporan AK3 Kimia halaman 3/ kerja-safety.blogspot.com

Mohon maaf filenya dalam bentuk JPG (saya foto pakai HP..ck...ck..ck)...selanjutnya anda ketik sendiri, oh iya laporan AK3 kimia rutin 3 bulanan (biasanya bersamaan dengan laporan P2K3, AK3 umum, Kesehatan), saya hanya melaporkan kuantitas bahan kimia saja dan formnya mengacu pada lampiran II, KEP.187/MEN/1999

"Salam Safety Untuk Anda dan Keluarga Anda Dirumah"

Rabu, 07 Oktober 2015

PENANGANAN TUMPAHAN BAHAN KIMIA

Tumpahan B3 / iftnbuddysafety.blogspot.co.id
B3 atau disebut juga Bahan Berbahaya Beracun merupakan bahan yang dapat menyebabkan gangguan pada manusia atau lingkungan. Bahan kimia yang dikategorikan sebagai B3 harus ditangani secara khusus baik dalam penyimpanan, pemakaian ataupun dalam kondisi darurat. Dalam undang-undang K3 penanganan bahan kimia diatur secara khusus dalam KEP-187/MEN/1999 tentang bahan kimia berbahaya dalam peraturan tersebut banyak dibahas mengenai persyaratan yang harus dipatuhi oleh perusahaan yang menyimpan bahan kimia diantaranya : Laporan kuantitas bahan kimia, NAK (nilai ambang kuantitas), Ahli K3 Kimia, Petugas K3 Kimia, dokument pengendalian Bahaya Sedang/besar (mirip ukl-upl gitu), MSDS, ERP dan persyaratan lainnya….LOooh kok malah mebahas tentang bahan kimia…bukannya judulnya penanganan tumpahan bahan kimia yaaa…? He..he..paragraf pengenalan B3 saja kok, gak kenal kan gak sayang…!

Tumpahan bahan kimia dikategorikan menjadi 3 yaitu : Ceceran bahan kimia, Kebocoran bahan kimia dan tumpahan bahan kimia. Ceceran bahan kimia biasanya berupa tetesan-tetesan bahan kimia yang tercecer ketika kemasannya dipindah dari satu tempat ke tempat lainnya (volume sangat kecil). Kebocoran bahan kimia dapat berupa tetesan yang diam di satu tempat atau kebocoran yang mengucur namun tidak terlalu deras dan mudah dikendalikan (volume sedang). Tumpahan biasanya kebocoran dalam jumlah besar dan sulit dikendalikan volume material yang tumpah juga besar.
Tumpahan B3 di lab/ enware.com.au

Mengapa tumpahan bahan kimia perlu ditangani secara khusus…? Jangan khwatir, Yang jelas dari setiap kegiatan ERP pasti memiliki maksud dan tujuan yang baik. Jadi tujuan dari penanganan tumpahan bahan kimia diantaranya sebagai berikut :

1. Mencegah paparan bahan kimia terhadap manusia
2. Mencegah pencemaran lingkungan
3. Mencegah kebakaran
4. Mencegah kerugian materi
5. Estetika dan keindahan.

Tidak semua orang boleh menangani tumpahan B3, Sebelum beraksi di lapangan personel haruslah mendapatkan training terlebih dahulu sehingga mereka mempunyai bekal yang cukup dalam penanganan bahan kimia. Dalam kehidupan bermasyarakat biasanya tugas penanganan bahan kimia (HAZMAT CONTROL) di emban oleh tim pemadam kebakaran atau Militer (militer juga dilatih menghadapi serangan senjata kimia). Kalau ditempat kerja biasanya tugas ini di laksanakan oleh team ERP yang mana notabene karyawan biasa yang mendapatkan pelatihan tentang hazmat control. Petugas hazmat control sedikitnya mempunyai pengetahuan tentang : B3, MSDS, Label, PPE (Level A, B, C), Peralatan penanganan tumpahan dan Penanganan tumpahan itu sendiri baik teori ataupun praktek.
Biasanya peralatan penanganan tumpahan ditempatkan di dekat area-area yang berpotensi mengalami tumpahan. Kita membagi 3 kategori peralatan
  1. Untuk Ceceran/ tumpahan non B3 : tujuannya  untuk menangani tumpahan bahan kimia yang tidak begitu berbahaya, biasanya berupa drum atau timba yang berisi serbuk kayu atau pasir yang ditempatkan tersebar di titik rawan kebocoran atau tumpahan. Namun perlu di ingat serbuk kayu tidak boleh digunakan sebagai penyerap bahan kimia mudah terbakar, karena serbuk kayu termasuk bahan mudah terbakar juga, sehingga lebih mudah tersulut api apabila keduanya bercampur.
    Drum bekas berisi serbuk kayu dan pasir/ Kerja-safety.blogspot.com
  2. Untuk Kebocoran / kebocoran B3 : Tujuannya untuk menangani kebocoran bahan kimia dengan level sedang (kategori irritant, pollutant, reaktif). Berupa lemari Biasanya terdiri : PPE Level C, Absorbent (pillow, lembaran, serbuk kayu, pasir) jumlah sesuaikan dengan kebutuhan, bahan kimia penetral umumnya untuk tumpahan bahan kimia Basa Kuat penetralnya Asam lemah, untuk tumpahan Asam Kuat penetralnya basa lemah. Jenis penetral khusus biasanya di peroleh dari MSDS atau supplier namun tidak semua bahan kimia perlu penetral loh.
  3. Lemari emergency penanganan kebocoran B3 / Kerja-safety.blogspot.com
  4. Untuk tumpahan B3 : Tujuannya untuk menangani tumpahan sekala besar atau B3 yang sangat berbahaya (sangat beracun, Sangat korosive dll), Bentuknya berupa lemari terdiri dari : PPE level A, SCBA, Absorbent (jumlah lebih banyak), Salvage drum, 1 set peralatan penyumbat kebocoran. Dan peralatan lainnya, Peralatan pemadam biasnya juga dibutuhkan dalam penanganan tumpahan misalkan APAR, Hydrant, Foam dll

Nah diatas merupakan pengelompokan alat-alat penanganan tumpahan. Apabila terjadi kejadian tumpahan biasanya seluruh peralatan dari nomer 1 sampai 3 akan digunakan secara bersamaan. Oh iya.. jumlah peralatan di seusaikan dengan kebutuhan atau standard yang berlaku ya, jangan berpedoman pada artikel ini…!
Agar mudah di ingat, prinsip penanganan tumpahan di singkat menjadi ABSB
A = Amankan
B = Bendung
S = Serap
B = Bersihkan
Baik pada penanganan tumpahan sekala kecil, menengah atau besar prinsipnya sama yaitu ABSB

Absorbent pasir dan serbuk kayu/ kerja-safety.blogspot.com
Amankan : Amankanlah diri anda dan lokasi kejadian, untuk melakukan kegiatan pengamanan kita wajib tahu tentang segala informasi mengenai Bahan kimia tersebut melalui MSDS. Misalkan bahan kimia yang tumpah adalah bahan kimia mudah terbakar berarti di lokasi kejadian tidak boleh ada sumber panas dan listrik gunakan safety barricade untuk mencegah orang-orang yang tidak berkepentingan memasuki area kejadian. Melakukan netralisir bahan kimia (bila diperlukan) juga merupakan salah satu kegiatan pengamanan.
Bendung ; Kegiatan ini yaitu melakukan penghentian aliran, cegah aliran bahan kimia semakin meluas dan memasuki saluran air. Apabila kebocoran pada pipa hal yang kita lakukan adalah menutup valve atau mematikan pompa terlebih dahulu sebelum membendung bahan kimia menggenang dilantai. Merobohkan drum (sisi yang bocor ditaruh diatas) juga salah satu dari kegiatan menghentikan aliran.
Serap : Kegiatan penyerapan dilakukan setelah pembendungan, apabila kita meletakkan absorben di tengah-tengah genangan bahan kimia tanpa melakukan pembendungan terlebih dahulu maka genangan tersebut akan cenderung semakin melebar. Maka bendunglah terlebih dahulu sisi-sisi luar genangan sebelum melakukan penyerapan.
Bersihkan : Membersihkan absorben yang terkontaminasi bahan kimia adalah hal yang wajib dilakukan, segera bersihkan TKP dan buanglah limbah tumpahan ke TPS B3. Untuk mencegah bahan kimia tersebar ke mana-mana segera lakukan proses pembersihan (Dekontaminasi) terhadap seluruh peralatan yang terlibat dalam kejadian tersebut misalkan APD, sapu, atau bahkan forklift.
Proses dekontaminasi PPE / cambridge.ca
Tumpahan bahan kimia bisa terjadi di mana-mana baik di gudang, area produksi, lab, pekerjaan konstruksi ataupun dalam rumah tangga. Jadi prinsip dasar penanganan tumpahan kimia wajib diketahui oleh semua orang, Semoga tulisan ini bermanfaat.


“Salam Safety Untuk Anda dan Keluarga Anda Dirumah”

Jumat, 02 Oktober 2015

INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA III (LANJUTAN)

Kali ini saya melanjutkan pembahasan sebelumnya, namun masih seputaran fase Implementasi. Pada pembahasan sebelumnya kita membahas tentang tata cara menjaga dan melindungi bukti agar terhindar dari kerusakan. Bukti yang diperlukan dalam proses investigasi, khususnya investigasi kecelakaan terdiri dari 4 Ps : People, Part, Position, Paper. Kita sebagai tim investigasi wajib menelusuri ke empat item di atas sebelum memutuskan sebuah perkara.

People

People disebut juga sebagai saksi. Ada 2 macam tipe saksi yaitu saksi langsung dan saksi tidak langsung. Saksi langsung adalah saksi yang melihat atau mengalami langsung dari suatu kejadian misalkan : korban atau rekan kerja yang melihat kejadian langsung. Saksi tidak langsung adalah orang yang mempunyai informasi yang dapat membantu kita dalam menentukan apa yang terjadi, missal : security, karyawan department lain, Saksi ahli (lab, dokter, ballistic, ahli mesin dll).  Kesimpulannya yaitu : Seorang saksi bukanlah saksi yang hanya melihat langsung suatu kejadian, akan tetapi saksi itu boleh siapapun yang mempunyai informasi/ pendidikan yang berguna untuk menentukan “APA yang TERJADI”…Dimana informasi ini dapat digunakan untuk menentukan akar masalah atau berguna untuk tindak pencegahan di kemudian hari.

Interview saksi / blog.hellersearch.com

Tujuan dari menghadirkan saksi yaitu memperoleh data dimana dari data tersebut dapat kita analisa untuk menentukan akar dari suatu permasalahan. Biasanya data-data yang diperoleh dari saksi yaitu :
  1. Hasil interview saksi : segala bentuk pernyataan saksi bahkan bahasa tubuh saksi…Asalkan jangan bahasa tubuh yang menggoda…he…he..he
  2. Data tertulis : form-form yang di tandatangani oleh saksi atau form-form yang dibuat oleh saksi
  3. Data lainnya : data log instrument, rekaman cctv yang diberikan oleh saksi dari department IT, Data fibrasi mesin yang di berikan oleh seorang saksi yang bertugas sebagi operator.

Introgasi / news.everest.edu
Untuk memperoleh hasil yang maximal dalam suatu proses interview saksi (dalam dunia kepolisian disibut introgasi), alangkah baiknya kita mengetahui tata cara melakukan interview agar tidak berkesan seperti introgasi yang menyeramkan…! Adapun pedoman melakukan interview adalah sebagai berikut:
  • Rencanakan proses interview : Buatlah schedule dimana interviewer dan saksi sama-sama diberikan waktu khusus bebas dari tugas mereka, kemudian pilihlah interviewer dengan skill yang baik usahakan interviewer memiliki pengetahuan tentang lokasi kejadian. Proses interview kemungkinan akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis dari saksi cobalah untuk memilih tempat yang netral atau privat serta kurangilah tekanan dalam proses interview. Ketahuilah tingkat pendidikan dan pekerjaan saksi karena dia memiliki keterbatasan kemampuan sehingga interviewer tidak boleh mengajukan pertanyaan diluar batas kemampuannya. List pertanyaan haruslah disediakan agar proses interview tetap fokus pada permasalahan yang ada. Tentukan metode dokumentasi dalam proses interview tersebut apakah menggunakan recorder, video, atau di catat manual, kadang kala seseorang mungkin segan menyampaikan sesuatu bila direkam maka interviewer boleh mematikan alat perekamnya dan mencatat setiap steatment yang disampaikan oleh saksi. Beberapa data pendukung disiapkan misalkan P&ID, Prosedur, Intruksi kerja dan lainnya sebagai referensi untuk membantu memory dari sorang saksi, namun perlu diingat untuk mencegah cacat dalam proses investigasi dengarkanlah terlebih dahulu keterangan saksi tanpa referensi apapun.
  • Bentuklah ikatan dengan saksi : Bukalah sesi interview dengan perkenalan atau percakapan ringan lainnya bagi yang sudah saling kenal. Jelaskan bahwa proses interview ini mempunyai tujuan yang positif bukan mencari kambing hitam ataupun tersangka. Awali dengan pertanyaan yang lunak dan ringan jangan ada ancaman serta buatlah saksi senyaman mungkin cegah kegelisahan pada saksi.
  • Interview tidak terputus : Sediakan waktu khusus bagi saksi dan interviewer usahakan tidak ada panggilan tugas selama proses interview berlangsung. Interviewer boleh mengajukan pertanyaan selanjutnya apabila saksi telah selesai berbicara (jangan dipotong)
  • Percakapan interaktif : Seorang interviewer harus dapat berkomunikasi secara interaktif cegah saksi hanya menjawab “IYA” dan “TIDAK”, gunakan P&ID atau prosedur untuk memancing keterangan saksi. Sesekali interviewer mengulang pernyataan dari saksi untuk memastikan tidak ada keraguan dalam pernyataan tersebut.
  • Tarik Kesimpulan : pada akhir sesi interviewer dapat menyampaikan kesimpulannya, gunakan trik pause (Berhenti sesaat) saat mebacakan kesimpulan, lihatlah bahasa tubuh dari saksi apakah menunjukkan keraguan atau ingin mereview ulang pernyataannya tadi. Jangan lupa katakan pada saksi untuk menghubungi apabila ada informasi yang perlu disampaikan.

Banyak hal yang menyebabkan proses interview tidak mendapatkan hasil yang maksimal, kesalahan-kesalahan tersebut diantaranya adalah :
  1. Gagal melakukan sesuatu : interviewer gagal total atau bingung karena interviewer kurang cakap dalam berkomunikasi dan kurang pengetahuan mengenai lokasi kejadian.
  2. Gagal bersikap netral : interviewer lebih memihak pada salah satu department sehingga apa yang dia lakukan cenderung menggiring opini, sehingga apa yang disampaikan oleh saksi bukanlah hal yang sebenarnya terjadi
  3. Keluar dari topic interview, hal ini biasanya terjadi ketika proses interview melebar ke mana-mana sehingga interviewer tidak mendapatkan data-data yang cukup dari saksi (waktu keburu habis)
  4. Kesalahan jadwal, biasanya terjadi karena kurang pas dalam menentukan jadwal interview sehingga proses interview terganggu dan terputus.

Heeem…Cukup dulu ya… capek…!, sampai ketemu lagi di INVESTIGASIKECELAKAAN KERJA IV



“Salam Safety Untuk Anda dan Keluarga Anda Dirumah”